Rabu, 10 April 2019

Berikan Empati Kepada Anak. Bunda yang terbaik Buat Anak



Selamat Siang....
Assalamualaikum,,,
kembali lagi disini yuk bunda, masih berbincang mengenai komunikasi produktif dengan orang orang yang kita cintai. 
Nah, kali ini saya mau berbagi cerita sedikit nih ya bunsay....
Tadi pagi saya dan sofia mencoba beberapa materi  baru dari kurikulum home schooling yaitu meronce kancing,
nhaaa entah kenapa yaa... apa memang sofia yang udah bosen (karena dia memang bosenan) dan fokusnya blom terlalu lama juga akhirnya dia ngembek....

hihi, dan karena saya lagi fokus bikin foto akhrnya sayapun tanpa sadar, setengah sadar maksud saya, saya bilang ke Sofia
"kenapa teh? capek? masak gitu aja capek"
Sofia dengan lucunya cuman ngeliatin saya sambil mengacak acak kancing mainannya
"Apa teteh ga bisa masukin? kemarin kan bisa, ayo coba lagi...."
Bukannya malah menurut dia malah berdiri, nyelonong pergi dan mengambil sepedanya, mainan sepeda
hahaa....
Sekilas saya diam saja, dalam hati saya berfikir dia mungkin capek atau bosan.
Setelah saya selesai dengan pekerjaan saya, saya baru mulai berfikir bahwa saya sering lho selama ini bilang hal hal seperti itu
"Masak sih, begini aja ga bisa"
"Eeeh...masak sudah capek?'
"Masak...dan masak... dan masak...."
Hmmm....  berdasarkan prinsip  komunikasi produktif ini ga banget ya bunda....
Kenapa?
Coba deh ambil di posisi bunda, kalau bunda yang menerima kata kata tersebut, gimana perasaan bunda?
pasti ada kecenderungan merasa tidak diterima, atau merasa tidak terima, dan akhirnya down... setelah usaha yang kita lakukan dan kita merasa capek atau lelah, trus ada yang bilang "masak gitu aja lelah...."
Hla tanpa sadar dalam hati kita sering membalas
"coba deh kamu jadi aku!",
Ini nih yang saya rasain banget.... 
Banyak kadang orang hamil seperti saya, apalagi hamil sudah 9 bulan, trus rasanya melakukan sesuatu kok kayaknya udah beraaat aja, cuci piring biasanya tahan 10 menit berdiri di depan wastafel, sekarang ga sampe lima menit pengen sambil duduk. Nah gitu kalo misalkan, hanya misalkan, ada nih orang nyinyir  masak gitu aja capek " dalam hati nih mungkin langsung pengen protes keras, atau senggol bacok...huahauauaha

SAMA, anak anak kita pun demikian, meskipun mereka masih kecil namun mereka akan merasa kapan usaha mereka di hargai atau tidak.
Memang sih, pada saat kita bilang, “Ah, masak sih gitu aja capek” maksud hati adalah kita memberikan dia motivasi agar dia mau meneruskan aktifitasnya.
“Ah, masa gitu aja ga bisa sih?” maksud hati agar dia mau berusaha lagi lebih baik
Namun penerimaan yang terjadi pada anak anak tentu berbeda ya..... mereka akan cenderung merasa disalahkan, bukan di pahami, bahkan percakapan selanjutnya akan berujung seakan akan kita mengkonfrontasi anak.
Sementara anak anak membutuhkan kita sebagai orang tua yang memberikan empati, motivasi bukan konfrontasi.
Nah, apa sih yang dimaskud empati? Empati adalah menempatkan diri pada posisi yang dirasakan orang lain
Dr. Bruce D. Perry M.D Ph.D seorang anggota senior di Child Trauma Academy mengatakan, “Empati bisa jadi merupakan anugerah yang paling bermutu bagi ras manusia. Kita tidak akan bisa bertahan hidup tanpa menciptakan hubungan dan kelompok yang bisa berfungsi secara bersamaan.”
Christine Carter, Ph.D seorang pakar Sosiologi dan Kebahagiaan di Universitas California menambahkan, “Empati adalah cara kita mengembangkan perasaan bersyukur, harapan, dan juga kepedulian. Yang merupakan kemampuan berdasarkan empati.”
Salah satu studi di Universitas California menemukan bahwa, anak usia 18 bulan sudah bisa menguasai komponen kunci dari empati, yakni kemampuan memahami perasaan orang lain.
Nah, kan berarti di suia Sofia pun dia sudah merasakan empati itu sendiri. Sekalipun dia tidak paham bagaimana menyampaikan empati tersebut.
Dengan kita mulai memberikan empati kepada anak kita, maka anak kita juga akan tertular spirit empati itu sendiri. Dia akan merasa, diayomi, di kasihani dan dimengerti, selanjutnya dia juga akan melakukan hal yang sama kepada orang lain. Sangat menarik bukaan...???

Kita kembali kepada case saya tadi ya bunda sayang, mengenai kebiasaan saya terhadap Sofia yang yaaa bilang masak sih, masak dan masak?
Sebaiknya pola kalimat yang saya gunakan adalah...
“teteh kenapa berhenti mainannya/ belajarnya?”
“ teteh capek? “
Kalau Sofia mengangguk atau menunjukkan respon iya, maka saya bisa meneruskan (kaidah komunikasi KISS, bukan kalimat majemuk ya bunda sayang”
“mau istirahat dulu?” atau
 “ganti mainan lain?” atau
“teteh mau apa?”

Kemudian kalau misalkan dia tidak bisa atau terkendala dalam mengerjakan sesuatu, yang harus saya katakan selain empati adalah memberikan motivasi. Kenapa? Karena anak anak ini selain diberikan empati, juga membutuhkan dorongan dari kita.
Misalkan dia tidak bisa memasukkan kancing baju dalam tali roncenya
“okay, ga papa...kita coba lagi”
“Teteh bisa....”
“teteh capek? Okay lain kali ya kita coba lagi....”
“Hari ini teteh bagus banget meroncenya, besuk lagi ya....”

Author. 2018. Menanamkan empati pada anak sejak dini. The Asian Parent .https://id.theasianparent.com/menanamkan-empati-pada-anak-sejak-dini
Materi Kuliah Bunda Sayang Batch #5. 2019. Komunikasi Produktif. Institut.Ibu Profesional

#hari14
#gamelevel1
#tantangan10 hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbundasayang
@institut.ibu. profesionala




Tidak ada komentar:

Posting Komentar