Selamat Siang....
Assalamualaikum,,,
kembali lagi disini yuk bunda, masih berbincang
mengenai komunikasi produktif dengan orang orang yang kita cintai.
Nah,
kali ini saya mau berbagi cerita sedikit nih ya bunsay....
Tadi
pagi saya dan sofia mencoba beberapa materi baru dari kurikulum home
schooling yaitu meronce kancing,
nhaaa entah kenapa yaa... apa memang
sofia yang udah bosen (karena dia memang bosenan) dan fokusnya blom terlalu
lama juga akhirnya dia ngembek....
hihi,
dan karena saya lagi fokus bikin foto akhrnya sayapun tanpa sadar, setengah sadar
maksud saya, saya bilang ke Sofia
"kenapa
teh? capek? masak gitu aja capek"
Sofia
dengan lucunya cuman ngeliatin saya sambil mengacak acak kancing mainannya
"Apa
teteh ga bisa masukin? kemarin kan bisa, ayo coba lagi...."
Bukannya
malah menurut dia malah berdiri, nyelonong pergi dan mengambil sepedanya,
mainan sepeda
hahaa....
Sekilas saya diam saja, dalam hati
saya berfikir dia mungkin capek atau bosan.
Setelah
saya selesai dengan pekerjaan saya, saya baru mulai berfikir bahwa saya sering
lho selama ini bilang hal hal seperti itu
"Masak
sih, begini aja ga bisa"
"Eeeh...masak
sudah capek?'
"Masak...dan
masak... dan masak...."
Hmmm....
berdasarkan prinsip komunikasi produktif
ini ga banget ya bunda....
Kenapa?
Coba
deh ambil di posisi bunda, kalau bunda yang menerima kata kata tersebut, gimana
perasaan bunda?
pasti
ada kecenderungan merasa tidak diterima, atau merasa tidak terima, dan akhirnya
down... setelah usaha yang kita lakukan dan kita merasa capek atau lelah, trus
ada yang bilang "masak gitu aja lelah...."
Hla tanpa sadar dalam hati kita sering
membalas
"coba deh kamu jadi aku!",
Ini nih yang saya rasain
banget....
Banyak kadang orang hamil seperti saya,
apalagi hamil sudah 9 bulan, trus rasanya melakukan sesuatu kok kayaknya udah
beraaat aja, cuci piring biasanya tahan 10 menit berdiri di depan wastafel,
sekarang ga sampe lima menit pengen sambil duduk. Nah gitu kalo misalkan, hanya
misalkan, ada nih orang nyinyir masak gitu aja capek " dalam hati
nih mungkin langsung pengen protes keras, atau senggol bacok...huahauauaha
SAMA,
anak anak kita pun demikian, meskipun mereka masih kecil namun mereka akan
merasa kapan usaha mereka di hargai atau tidak.
Memang sih, pada saat kita bilang, “Ah,
masak sih gitu aja capek” maksud hati adalah kita memberikan dia motivasi agar
dia mau meneruskan aktifitasnya.
“Ah, masa gitu aja ga bisa sih?”
maksud hati agar dia mau berusaha lagi lebih baik
Namun penerimaan yang terjadi pada
anak anak tentu berbeda ya..... mereka akan cenderung merasa disalahkan, bukan
di pahami, bahkan percakapan selanjutnya akan berujung seakan akan kita
mengkonfrontasi anak.
Sementara anak anak membutuhkan kita
sebagai orang tua yang memberikan empati, motivasi bukan konfrontasi.
Nah, apa sih yang dimaskud empati?
Empati adalah menempatkan diri pada posisi yang dirasakan orang lain
Dr. Bruce D. Perry M.D Ph.D seorang
anggota senior di Child Trauma Academy mengatakan, “Empati bisa jadi merupakan
anugerah yang paling bermutu bagi ras manusia. Kita tidak akan bisa bertahan
hidup tanpa menciptakan hubungan dan kelompok yang bisa berfungsi secara
bersamaan.”
Christine Carter, Ph.D seorang pakar
Sosiologi dan Kebahagiaan di Universitas California menambahkan, “Empati adalah
cara kita mengembangkan perasaan bersyukur, harapan, dan juga kepedulian. Yang
merupakan kemampuan berdasarkan empati.”
Salah satu studi di Universitas
California menemukan bahwa, anak usia 18 bulan sudah bisa menguasai komponen
kunci dari empati, yakni kemampuan memahami perasaan orang lain.
Nah, kan berarti di suia Sofia pun dia
sudah merasakan empati itu sendiri. Sekalipun dia tidak paham bagaimana
menyampaikan empati tersebut.
Dengan kita mulai memberikan empati
kepada anak kita, maka anak kita juga akan tertular spirit empati itu sendiri.
Dia akan merasa, diayomi, di kasihani dan dimengerti, selanjutnya dia juga akan
melakukan hal yang sama kepada orang lain. Sangat menarik bukaan...???
Kita kembali kepada case saya tadi ya
bunda sayang, mengenai kebiasaan saya terhadap Sofia yang yaaa bilang masak
sih, masak dan masak?
Sebaiknya pola kalimat yang saya
gunakan adalah...
“teteh kenapa berhenti mainannya/
belajarnya?”
“ teteh capek? “
Kalau Sofia mengangguk atau
menunjukkan respon iya, maka saya bisa meneruskan (kaidah komunikasi KISS,
bukan kalimat majemuk ya bunda sayang”
“mau istirahat dulu?” atau
“ganti mainan lain?” atau
“teteh mau apa?”
Kemudian kalau misalkan dia tidak bisa
atau terkendala dalam mengerjakan sesuatu, yang harus saya katakan selain
empati adalah memberikan motivasi. Kenapa? Karena anak anak ini selain
diberikan empati, juga membutuhkan dorongan dari kita.
Misalkan dia tidak bisa memasukkan
kancing baju dalam tali roncenya
“okay, ga papa...kita coba lagi”
“Teteh bisa....”
“teteh capek? Okay lain kali ya kita
coba lagi....”
“Hari ini teteh bagus banget
meroncenya, besuk lagi ya....”
Author. 2018. Menanamkan empati pada
anak sejak dini. The Asian Parent .https://id.theasianparent.com/menanamkan-empati-pada-anak-sejak-dini
Materi Kuliah Bunda Sayang Batch #5.
2019. Komunikasi Produktif. Institut.Ibu Profesional
#hari14
#gamelevel1
#tantangan10 hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbundasayang
@institut.ibu. profesionala
Tidak ada komentar:
Posting Komentar