Senin, 08 April 2019

Sering Memuji anak Pintar? (Bagaimana cara tepat memuji dan mengkritik anak?)



Catherine Scott dalam bukunya Learn to Teach: Teach to Learn menyebutkan bahwa jika kita salah dalam memuji anak dan terjebak pada memberi label positif menyebabkan anak menjadi sombong, terlalu fokus pada hak, dan suka menyalahkan orang lain ketika mengalami kesulitan. (Okina Fitriani, Enlightening Parenting)

Assalamualaikum bundsay....? Masih semangat kan ya,,, buat belajar... Sipa diantara bunda bunda disini yang sering memberikan pujian kepada anak? atau sebaliknya memberikan kritikan kepada anak. Nah.... kita sebagai orang tua tentunya pernah bahkan mungkin sering memuji anak anak kita sebagai bentuk apresiasi atas aktifitas ataupun perbuatan yang kita anggap baik. Namun tak jarang tanpa sadar ataupun sadar kita juga pernah memberikan kritik kepada anak anak bukan? 
Apakah cara yang kita gunakan selama ini dalam memuji dan mengkritik anak sudah benar?
Apa dampaknya bila kita terlalu berlebihan dalam memberikan pujian ataupun kritikan kepada anak?
Sebenarnya bagaimana sih memberikan pujian dan kritikan kepada anak secara tepat? 

Yuuk mari kita sama sama belajar bagaimana memberikan pujian maupun kritikan yang bijak kepada anak.

Berikut ini cara MEMUJI yang EFEKTIF:
  • Puji perilaku, usaha, dan sikapnya, bukan karakteristik orangnya. Memuji perilaku, usaha, dan sikap, membuat anak merasa yakin bahwa ia mempunyai kendali atas perilakunya. Perilaku adalah hasil usaha, bukan sesuatu yang melekat, bersifat genetik, dan tidak bisa diubah.
Memuji karakteristik orang, seperti pintar, cantik, hebat, sudah besar dan hal-hal lain yang sifatnya membentuk konsep, akan membingungkan karena sifat-sifat tersebut relatif.
 Coba aja, misalnya
ketika­ anak bisa mandi sendiri kita bilang....: “pinternya adek, udah besar, mandi sendiri?”,
Tapi ketika anak misalnya mau main sepedha bersama teman di luar kita larang dengan alasan masih kecil
Lho, ketika memuji anak bisa mandi sendiri, kita bilang dia sudah besar mengapa ketika ingin mian diluar kita bilang masih kecil. Sebetulnya dia sudah besar atau masih kecil? Hihi....membingungkan bukan?

  • Nyatakan konsekuensi positif dari perilaku itu.
Menyatakan konsekuensi positif dari perilaku, usaha, dan sikap anak, berarti mengajarkan kepadanya untuk memahami sebab akibat dari sebuah perbuatan. Pilihlah konsekuensi yang kasat mata dan bukan berupa janji.

  • Nyatakan dalam kalimat sederhana yang mudah dipa-hami.
Pujian yang dinyatakan dengan kalimat sederhana memberikan pesan yang jelas, perilaku apa yang diharapkan dan tidak berlebihan.

  • Tanamkan keimanan untuk siapa/apa dia memelihara perilaku baik itu. Menanamkan keimanan menumbuhkan keyakinan bahwa perbuatan baiknya bukan sekadar untuk menyenangkan orang lain termasuk orangtuanya sendiri, tetapi sebagai bagian dari tujuan penciptaan manusia.

Contoh pujian yang salah : (Dan biasanya masih saya terapkan dalam bercakap dengan sofia, huhuhu)
“Pinternya sofia, udah bisa makan sendiri....”
Harusnya pujian yang efektif adalah:
“Masyaallah, Sofia  sudah bisa makan sendiri sampai habis... semoga Allah memberikan rizki selalu kepada kita ya nak”
Dweck (2006), seorang profesor bidang psikologi di Stanford University, dalam penelitiannya mengenai efek memuji, menemukan bahwa anak yang dipuji kepintarannya mudah frustrasi saat mengalami kegagalan dan tidak berani mengambil risiko. Sementara itu Anak-anak yang dipuji usaha dan perilakunya, cepat bangkit saat tidak berhasil menyelesaikan sebuah tugas dan mau berusaha lebih keras pada kesempatan berikutnya. Memuji dengan kata-kata yang berlebihan akan mendatang rasa sombong dan menjerumuskan, bahkan Rasulullah saw. mengumpamakan orang yang memuji berlebihan seperti memotong leher orang tersebut.

Okaay...setelah kita kupas mengupas tentang memuji, selanjutnya bagaimana memberikan kritikan atau teguran kepada anak. Biasanya nih, yang terjadi pada saya adalah (huaaa....jangan ditiru ya bundsay....saatnya berubaah....)
“naaaah kan.... tumpah tuh makannnya, kan mia udah bilang tadi, makannya kalo makan ati ati...  jangan ceroboh dong”
Bayangin ya... iya bayangin kalo itu yang diajakin omong anak seusiaSofia, 2 tahun aja belum ada, kira kira dan pada pastinya ga bakalan nyambung atuh maaak.......
Nah, bagaimana dengan cara menegur yang baik:
Berikut ini bunda Okina (Enlightening parenting) memberikan tipsnya
berikut ini cara menegur yang efektif:
  • Tegur PERILAKU-nya bukan karakteristik orangnya.
  • Katakan secara tepat apa kesalahan perilakunya.
  • Katakan pada anak bahwa dia mampu membuat perubahan atau pernah bersikap lebih baik dari itu.
  • Tidak mengungkit kesalahan yang lalu.
  • Tetap cintai orangnya.
Mencela sebagai pelupa, pemalas, akan melukai konsep dirinya dan membentuk konsep diri yang buruk, seolah tiada harapan untuk diperbaiki.
Bukankah Allah tidak suka kepada orang yang suka mengutuk dan memberikan gelar buruk? Menegur perilakunya dan menunjukkan bukti bahwa ia pernah bisa melakukan yang lebih baik, memberikan keyakinan bahwa berubah itu mudah.

Jadi saya sebagai orang tua pun harus mulai  membiasakan diri  dan melatih diri untuk tidak lagi bilang, ceroboh.... nakal, dsb. Susayhh? Iyaa? Masih belajar... hehe, tapi tetp harus semangat kan ya....

Harusnya kalo saya menegur sofia
“Sofia, kalo makan pelan pelan, tuh makanannya jatuh, yuk makan pelan pelan” So pasti ya...intonasi suara nya halus dan lembut....hehhe

Baiklaah bunsay, semoga kita selalu dan selalu terus belajar sampai nanti ya mengenai komunikasi produktif ini
See u

Sumber Referensi:
Fitriani, Okina. 2016. Memuji dan Menegur yang Efektif https://okinafitriani.com/2017/10/16/memuji-dan-menegur-efektif/
Materi Kuliah Bunsay Batch #5. 2019. Komunikasi Produktif. Institut Ibu Profesional

#hari12
#gamelevel1
#tantngan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbundasayang
@institut.ibu.profesional

1 komentar:

  1. Inspiratif tulisannya mba, jadi pengingat diri, libatkan Allah dalam setiap aktivitas. Kadang saya sendiri belum tepat cara memuji anak² 🙈

    BalasHapus