Catherine Scott
dalam bukunya Learn to Teach: Teach to
Learn menyebutkan bahwa jika kita salah dalam memuji anak dan terjebak pada
memberi label positif menyebabkan anak menjadi sombong, terlalu fokus pada hak,
dan suka menyalahkan orang lain ketika mengalami kesulitan. (Okina Fitriani,
Enlightening Parenting)
Assalamualaikum
bundsay....? Masih semangat kan ya,,, buat belajar... Sipa diantara bunda bunda
disini yang sering memberikan pujian kepada anak? atau sebaliknya memberikan
kritikan kepada anak. Nah.... kita sebagai orang tua tentunya pernah bahkan
mungkin sering memuji anak anak kita sebagai bentuk apresiasi atas aktifitas
ataupun perbuatan yang kita anggap baik. Namun tak jarang tanpa sadar ataupun sadar
kita juga pernah memberikan kritik kepada anak anak bukan?
Apakah cara
yang kita gunakan selama ini dalam memuji dan mengkritik anak sudah benar?
Apa dampaknya
bila kita terlalu berlebihan dalam memberikan pujian ataupun kritikan kepada
anak?
Sebenarnya
bagaimana sih memberikan pujian dan kritikan kepada anak secara tepat?
Yuuk mari kita
sama sama belajar bagaimana memberikan pujian maupun kritikan yang bijak kepada
anak.
Berikut ini
cara MEMUJI yang EFEKTIF:
- Puji perilaku, usaha, dan sikapnya, bukan karakteristik orangnya. Memuji perilaku, usaha, dan sikap, membuat anak merasa yakin bahwa ia mempunyai kendali atas perilakunya. Perilaku adalah hasil usaha, bukan sesuatu yang melekat, bersifat genetik, dan tidak bisa diubah.
Memuji
karakteristik orang, seperti pintar, cantik, hebat, sudah besar dan hal-hal
lain yang sifatnya membentuk konsep, akan membingungkan karena sifat-sifat
tersebut relatif.
Coba aja, misalnya
ketika
anak bisa mandi sendiri kita bilang....: “pinternya adek, udah besar, mandi
sendiri?”,
Tapi
ketika anak misalnya mau main sepedha bersama teman di luar kita larang dengan
alasan masih kecil
Lho,
ketika memuji anak bisa mandi sendiri, kita bilang dia sudah besar mengapa
ketika ingin mian diluar kita bilang masih kecil. Sebetulnya dia sudah besar
atau masih kecil? Hihi....membingungkan bukan?
- Nyatakan konsekuensi positif dari perilaku itu.
Menyatakan konsekuensi positif dari
perilaku, usaha, dan sikap anak, berarti mengajarkan kepadanya untuk memahami
sebab akibat dari sebuah perbuatan. Pilihlah konsekuensi yang kasat mata dan
bukan berupa janji.
- Nyatakan dalam kalimat sederhana yang mudah dipa-hami.
Pujian
yang dinyatakan dengan kalimat sederhana memberikan pesan yang jelas, perilaku
apa yang diharapkan dan tidak berlebihan.
- Tanamkan keimanan untuk siapa/apa dia memelihara perilaku baik itu. Menanamkan keimanan menumbuhkan keyakinan bahwa perbuatan baiknya bukan sekadar untuk menyenangkan orang lain termasuk orangtuanya sendiri, tetapi sebagai bagian dari tujuan penciptaan manusia.
Contoh pujian yang salah : (Dan biasanya masih
saya terapkan dalam bercakap dengan sofia, huhuhu)
“Pinternya sofia, udah bisa makan sendiri....”
Harusnya pujian yang efektif adalah:
“Masyaallah, Sofia
sudah bisa makan sendiri sampai habis... semoga Allah memberikan rizki
selalu kepada kita ya nak”
Dweck (2006),
seorang profesor bidang psikologi di Stanford University, dalam penelitiannya
mengenai efek memuji, menemukan bahwa anak yang dipuji kepintarannya mudah
frustrasi saat mengalami kegagalan dan tidak berani mengambil risiko. Sementara
itu Anak-anak yang dipuji usaha dan perilakunya, cepat bangkit saat tidak
berhasil menyelesaikan sebuah tugas dan mau berusaha lebih keras pada
kesempatan berikutnya. Memuji dengan kata-kata yang berlebihan akan mendatang
rasa sombong dan menjerumuskan, bahkan Rasulullah saw. mengumpamakan orang yang
memuji berlebihan seperti memotong leher orang tersebut.
Okaay...setelah
kita kupas mengupas tentang memuji, selanjutnya bagaimana memberikan kritikan
atau teguran kepada anak. Biasanya nih, yang terjadi pada saya adalah
(huaaa....jangan ditiru ya bundsay....saatnya berubaah....)
“naaaah kan....
tumpah tuh makannnya, kan mia udah bilang tadi, makannya kalo makan ati
ati... jangan ceroboh dong”
Bayangin ya...
iya bayangin kalo itu yang diajakin omong anak seusiaSofia, 2 tahun aja belum
ada, kira kira dan pada pastinya ga bakalan nyambung atuh maaak.......
Nah, bagaimana
dengan cara menegur yang baik:
Berikut ini bunda
Okina (Enlightening parenting) memberikan tipsnya
berikut ini
cara menegur yang efektif:
- Tegur PERILAKU-nya bukan karakteristik orangnya.
- Katakan secara tepat apa kesalahan perilakunya.
- Katakan pada anak bahwa dia mampu membuat perubahan atau pernah bersikap lebih baik dari itu.
- Tidak mengungkit kesalahan yang lalu.
- Tetap cintai orangnya.
Mencela sebagai
pelupa, pemalas, akan melukai konsep dirinya dan membentuk konsep diri yang
buruk, seolah tiada harapan untuk diperbaiki.
Bukankah Allah
tidak suka kepada orang yang suka mengutuk dan memberikan gelar buruk? Menegur
perilakunya dan menunjukkan bukti bahwa ia pernah bisa melakukan yang lebih
baik, memberikan keyakinan bahwa berubah itu mudah.
Jadi saya sebagai
orang tua pun harus mulai membiasakan
diri dan melatih diri untuk tidak lagi
bilang, ceroboh.... nakal, dsb. Susayhh? Iyaa? Masih belajar... hehe, tapi tetp
harus semangat kan ya....
Harusnya kalo
saya menegur sofia
“Sofia, kalo
makan pelan pelan, tuh makanannya jatuh, yuk makan pelan pelan” So pasti
ya...intonasi suara nya halus dan lembut....hehhe
Baiklaah
bunsay, semoga kita selalu dan selalu terus belajar sampai nanti ya mengenai
komunikasi produktif ini
See u
Sumber
Referensi:
Fitriani,
Okina. 2016. Memuji dan Menegur yang Efektif https://okinafitriani.com/2017/10/16/memuji-dan-menegur-efektif/
Materi Kuliah
Bunsay Batch #5. 2019. Komunikasi Produktif. Institut Ibu Profesional
#hari12
#gamelevel1
#tantngan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbundasayang
@institut.ibu.profesional
‘
Inspiratif tulisannya mba, jadi pengingat diri, libatkan Allah dalam setiap aktivitas. Kadang saya sendiri belum tepat cara memuji anak² 🙈
BalasHapus