Hallo.....
Apa kabar pagi ini bunda semuanya? Sabtu pagi nih, adakah yang mulai ber
weekend ria? atau masih tetap menjalankan rutinitas seperti biasa? buat mia
hari sabtu sudah masuk weekend ya... hihi... walaupun tiap hari juga weekend
ria.
Nah,
berhubung hari ini suami off kerja, jadi (ceritanya masih tetap melanjutkan
sesi komunikasi produktif yang makin hari makin yahuuud) target untuk
komunikasi produktif hari ini adalah anak dan pasangan (suami). Dan untuk lebih
fokusnya hari ini kita ngebahas mengenai komunikasi produktif dengan pasangan.
Yuk...
ah kita mulai....
Nah,
kemarin kita sudah membahas apa sih komunikasi produktif itu dan mengapa
komunikasi produktif dengan pasangan itu perlu. Yes! pasangan kita tentunya
berbeda dengan kita ya bund, kita perempuan (women) dan pasangan kita laki laki
(men) - menegaskan aja sih, hahaha- dan seperti yangdikatakan John Grey, dalam
bukunya Men are From Mars Womwn are from Venus itu banyak terbukti dari
kehidupan kita sehari hari ya bundsay.... karena memang wanita dan pria
dilahirkan berbeda, baik secara fungsi tubuh dan hormon sampai dengan perasaan,
kebiasaan dan juga bagaimana sikap dan penerimaan.
Bahkan
dalam Al Qur'an sendiri di sebutkan bagaimana mengenai kedudukan dari pria dan
wanita. Dalam
hal penciptaan secara tidak langsung, Al-Quran menyatakan pria dan wanita
seimbang di hadapan Allah.
Qs
16:97 berbunyi, “Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik
laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami
berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan
kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka
kerjakan.”
Namun,
kita perlu ingat bahwasannya dalam Al Quran disebutkan bahwa ada beberapa hal
yang memberikan kedudukan dan peran tertentu kepada pria. Hal ini bukan berarti
bahwa dalam masyarakat wanita lebih rendah dibanding pria, melainkan karena
kaum lelaki akan diminta pertanggung jawaban nya yang lebih di hadapan Allah
mengenai wanita wanitanya (Ibu, isteri, Anak perempuan dan Adik perempuan
sebelum mereka menikah)
Dikatakan, “Kaum
laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah
melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita) . .
. ialah yang ta’at kepada Allah . . . Wanita-wanita yang kamu khawatirkan
nusyuznya, maka nasehatilah mereka . . . dan pukullah mereka . . .”(Qs
4:34).
Okay, kita selesai membahas mengenai kedudukan pria dan wanita. pada
intinya mau tidak mau sekalipun dunia berteriak mengenai persamaan kedudukan,
hak dsb antara pria dan wanita. pria dan wanita itu memang berbeda. Saya tidak
akan pakai contoh lainnya ya, dalam kehidupan berumah tangga saya sendiri telah
mengalami beberapa rangkaian gaya komunikasi yang kadang bikin ngilu di hati
dan membingungkan. Sering kali timbul salah paham.
It’s not just what you say but HOW
you say it that creates power.
Selisih
paham sering kali muncul bukan karena isi percakapan melainkan dari cara
penyampaiannya. Maka penting bagi kita untuk belajar cara berkomunikasi, agar
tidak mengganggu hal penting yang ingin kita sampaikan.
Awali
dengan kesadaran bahwa aku dan kamu adalah 2 individu yang berbeda dan terima
hal itu. Pasangan kita dilahirkaan oleh ayah ibu yang berbeda dengan kita,
tumbuh dan berkembang pada lingkungan yang berbeda, belajar pada kelas yang
berbeda, mengalami hal-hal yang berbeda dan banyak lagi hal lainnya.
Maka
sangat boleh jadi pasangan kita memiliki Frame of Reference (FoR) dan Frame of
Experience (FoE) yang berbeda dengan kita.
FoR
adalah cara pandang, keyakinan, konsep dan tatanilai yang dianut seseorang.
Bisa berasal dari pendidikan ortu, bukubacaan, pergaulan, indoktrinasi dll.
FoE
adalah serangkaian kejadian yang dialami seseorang, yang dapat membangun emosi
dan sikap mental seseorang.
FoE
dan FoR mempengaruhi persepsi seseorang terhadap suatu pesan/informasi yang
datang kepadanya.
Jadi
jika pasangan memiliki pendapat dan pandangan yang berbeda atas sesuatu, ya
tidak apa-apa karena FoE dan FoR nya memang berbeda.
Komunikasi
dilakukan untuk MEMBAGIKAN yang kutahu kepadamu, sudut pandangku agar kau
mengerti, dan demikian pula SEBALIKnya membagikan yang kautahu kepadaku, sudut
pandangmu untuk kupahami.
Komunikasi
yang baik akan membentuk FoE/FoR ku dan FoE/FoR mu ==> FoE/FoR KITA.
Sehingga ketika datang informasi akan dipahami secara sama antara kita dan
pasangan kita, ketika kita menyampaikan sesuatu pasangan akan menerima pesan
kita itu seperti yang kita inginkan.
Komunikasi menjadi bermasalah ketika
menjadi MEMAKSAKAN pendapatku kepadamu, harus kau pakai sudut pandangku dan
singkirkan sudut pandangmu.
Pada
diri seseorang ada komponen NALAR dan EMOSI; bila Nalar panjang – Emosi kecil;
bila Nalar pendek – Emosi tinggi.
Komunikasi
antara 2 orang Dewasa berpijak pada Nalar
Komunikasi
yang sarat dengan aspek emosi terjadi pada anak-anak atau orang yang sudah tua.
Maka
bila Anda dan pasangan masih masuk kategori Dewasa –sudah bukan anak-anak dan
belum tua sekali– maka selayaknya mengedepankan Nalar daripada emosi, dasarkan
pada fakta/data dan untuk problem solving.
Bila
Emosi anda dan pasangan sedang tinggi, jeda sejenak, redakan dulu ==> agar
Nalar anda dan pasangan bisa berfungsi kembali dengan baik.
Ketika
Emosi berada di puncak amarah (artinya Nalar berada di titik terendahnya)
sesungguhnya TIDAK ADA komunikasi disana, tidak ada sesuatu yang dibagikan;
yang ada hanya suara yang bersahut-sahutan, saling tindih berebut benar.
Ada
beberapa kaidah yang dapat membantu meningkatkan efektivitas komunikasi Anda
dan pasangan:
1.
Kaidah 2C: Clear and Clarify.
Susunlah
pesan yang ingin Anda sampaikan dengan kalimat yang jelas (clear) sehingga
mudah dipahami pasangan. Gunakan bahasa yang baik dan nyaman bagi kedua belah
pihak.
Berikan
kesempatan kepada pasangan untuk bertanya, mengklarifikasi (clarify) bila ada
hal-hal yang tidak dipahaminya.
2.
Choose the Right Time
Pilihlah
waktu dan suasana yang nyaman untuk menyampaikan pesan. Anda yang paling tahu
tentang hal ini. Meski demikian tidak ada salahnya bertanya kepada pasangan
waktu yang nyaman baginya berkomunikasi dengan anda, suasana yang
diinginkannya, dll.
3.
Kaidah 7-38-55
Albert
Mehrabian menyampaikan bahwa pada komunikasi yang terkait dengan perasaan dan
sikap (feeling and attitude) aspek verbal (kata-kata) itu hanya 7% memberikan
dampak pada hasil komunikasi. Komponen yang lebih besar mempengaruhi hasil
komunikasi adalah intonasi suara (38%) dan bahasa tubuh (55%).
Anda
tentu sudah paham mengenai hal ini. Bila pasangan anda mengatakan “Aku jujur.
Sumpah beran mati!” namun matanya kesana-kemari tak berani menatap Anda, nada
bicaranya mengambang maka pesan apa yang Anda tangkap? Kata-kata atau bahasa
tubuh dan intonasi yang lebih Anda percayai?
Nah,
demikian pula pasangan dalam menilai pesan yang Anda sampaikan, mereka akan
menilai kesesuaian kata-kata, intonasi dan bahasa tubuh Anda.
4.
Intensity of Eye Contact
Pepatah
mengatakan ‘mata adalah jendela hati.’
Pada
saat berkomunikasi tataplah mata pasangan dengan lembut, itu akan memberikan
kesan bahwa Anda terbuka, jujur, tak ada yang ditutupi. Disisi lain, dengan
menatap matanya Anda juga dapat mengetahui apakah pasangan jujur, mengatakan
apa adanya dan tak menutupi sesuatu apapun.
5.
Kaidah: I’m responsible for my communication results.
Hasil
dari komunikasi adalah tanggung jawab komunikator, si pemberi pesan.
Jika
si penerima pesan tidak paham atau salah memahami, jangan salahkan ia, cari
cara yang lain dan gunakan bahasa yang dipahaminya.
Perhatikan
senantiasa responnya dari waktu ke waktu agar Anda dapat segera mengubah
strategi dan cara komunikasi bilamana diperlukan. Keterlambatan memahami respon
dapat berakibat timbulnya rasa jengkel pada salah satu pihak atau bahkan
keduanya.
Dari
uraian materi di atas, akhirnya hari ini saya mulai merubah beberapa kebiasaan
bicara saya menggunakan kaidah Clear n Clarify (mungkin bahasan yang akan lebih
lengkap pada sesi tulisan berikutnya).
Diantara kebiasaan saya yang hari
ini saya hilangkan (sudah beberapa waktu saya coba tetapi tidak intens,
sehingga masih sering gagal):
1.
menyatakan dengan kalimat langsung, kalimat tunggal bukan kalimat
majemuk (miriplah sama kaidah KISS dalam komunikasi produktif dengan anak),
seperti
- "Yang...tolong bantuin buang sampah"
- "tolong sekalian ambilin gelas buatku"
atau
- "bantuin jemur dulu dong, Sofia lagi
ngambek nih" (titik, tidak ada basa basi, tidak tambah
bla bla bla)
contoh basa basi yang biasanya saya pakai
adalah: banyak lalat di belakang nih, kayaknya gegara sampah ntar abis ini
kubuang deh sampahnya (maksud hati minta tolong dibuangin, tap suami nangkepnya
lain -yaudah toh ntar dia sendiri yang buang- hahaaa....
- tidak
pakai bahasa kalbu. nah ini kebiasaan saya yang "sungkanan"
biasanya saya kalo ada apa apa memilih diam ujung ujungnya sakit hati
sendiri. Nah, akhirnya sekarang saya membiasakan diri buat bilang apa sih
yang saya rasakan secara langsung, walaupun biasanya respon yang saya
inginkan tidak sesuai dengan harapan
----- Mungkin bunsay yang punya problematika bahasa kalbu dan sama seperti saya bisa mencoba....
Happy weekend....
Sumber Referensi
Materi Kuliah bunda sayang Komunikasi produktif. 2019. Institut Ibu profesional
Grey, John. Men Are From Mars Women Are From Venus. 2018. Jakarta: Gramedia Pustaka
#hari3
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbundasayang
@institut.ibu.profesional
Tidak ada komentar:
Posting Komentar