Sabtu, 01 September 2018

Learning How to Learn, How am I doing it? NHW#5 MIIP batch 6





Menginjak pekan ke#5, kelas matrikulasi ibu profesional kali ini mengajak kita berdiskusi belajar bagaimana cara belajar. Nah untuk tiba pada bagian ini,  mari mereview sejenak apa yang telah kita dapatkan pada NHW#1-NHW#5.
 Dan kita akan kembali menjawab pertanyaan berikut ini?

Who am I ? Saya adalah ibu pembelajar (NHW#1)

What am I doing ? (NHW#2)

Why am I here ? purpose of my life ada pada NHW#3 yaitu membangun peradaban dari dalam rumah

Where do I start ? dari rumah sendiri, dari keluarga sendiri (NHW#4)

When do I start ? Sejak memiliki keluarga, menikah, hingga akhir hayat (NHW#4)

How am I doing it ? dengan belajar cara belajar (NHW#5)


Nah, dengan demikian, saat inilah saat melakukan tahapan HOW am I doing it?

1.       Belajar bagaimana cara belajar
Belajar adalah proses seumur hidup. Sejak kita lahir di dunia, kita memiliki firah belajar.  Apabila kita mengamati perkembangan bayi yang baru lahir mereka tidak akan pernah berputus asa dan berusaha untuk belajar dan berlatih, mulai dari tidur tengkurap, merankak, duduk, berdiri lalu berjalan. Tak sampai di situ, para anak anak adalah peniru ulung, mereka semua cepat sekali belajar meniru apa yang mereka lihat. Selanjutnya mereka juga peneliti yang handal, jiwa keingintahuan mereka cukup tinggi. Begitulah seterusnya sampaimereka akan masuk pada masa masa sekolah. Masa menerima pendidikan baik di dalam rumah maupun di tempat lain, dimanapun mereka bisa belajar. Lantas, kita ingat betul bahkan setelah lulus kuliah sekalipun kita masih terus dituntut belajar. Bekajar bagaimana bersikap di masyarakat. Ketika telah menikah kita harus senantiasa belajar memantaskan diri sebagai pasangan yang baik bagi suami kita, belajar bagaimana menjadi manajer keluarga yang handal, dan belajar bagaimana ibu yang baik bagi anak anak kita. Anak anak yang baik, yang shaleh dan shaleha tentunya memiliki orangtua yang baik dan saleh juga.

“Setiap anak terlahir hebat, kitalah, orangtuanya yang harus memantaskan diri, agar layak mendapatkan anak anak hebat” Quotes Ibu Profesional

Jadi belajar adalah proses seumur hidup kita, untuk senantiasa memantaskan diri kita karena pada dasarnya setiap manusia yang fitrah belajarna tidak terusik akan terus belajar. Nah, sebagai ibu  yang memiliki tugas sebagai pendidk utama bagi anak anaknya, all ummu madrasatul ula, kita harus tahu benar bagaimana cara belajar itu sendiri. Baik cara belajar bagi kita sebagai seorang ibu/istri maupun sebagai seorang perempuan, cara belajar keluarga kita terhadap lingkungan sekitar dan bagaimana cara belajar anak anak kita. Ya! Belajar bagaimana cara belajar.

Cara belajar seseorang ini berbeda beda. De potter dan hernaccki (2000) dalam bukunya Quantum Learning  memaparkan tiga cara belajar seseoarang yakni “visual-auditori dan kinestetik” kita setiap orang akan menggunakan ketiga cara belajar ini pada satu masa tertentu, namun setiap orang akan memiliki kecenderungan pada salah satu dari ketiganya. Visual, yaitu kekuatan belajar seseorangberdasarkan indera penglihatannya; Auditori, cara belajar seseorang berfokus dengan alat pendengarannya. Kinestetik, kekuatan seseorang yang memiliki gaya belajar seperti ini mirip dengan gaya belajar visual yaitu melalui penglihatannya, cara belajar orang kinestetik ini yaitu lebih melibatkan fisisk belajar sambil bereksperimen; membuat model atau media media belajar, bermain peran, membuat permainan mind mappping, belajar sambil berjalan

Nah, gaya belajar seseorang bisa merupakan kombinasi dua atau justru ketiga tiganya. Saya adalah seorang audio-visual, saya suka membaca, tapi juga suka mendiskusikan apa yang saya pelajari dengan orang lain, adakalanya saya membutuhkan waktu ang tenang unuk belajar namun ada kalanya justru dengan mendengar musik akan tampak lebih mengasyikkan. Dengan mengetahui gaya belajar saya dan dimana kekuatan saya akan mudah dalam mempelajari sesuatu. Berbeda dengan sofia, putri kecil saya saat ini, dia cenderung kinestetik, dia tidak suka terlalu lama melihat buku bergambar, dia lebih suka mendengar sambil berjalan atau melakukan aktifitas lainnya. Kegemarannya juga mencari tahu hal hal baru seperti memasukkan koin ke dalam celengan, dan mengeksplorasi tubuhnya untuk terus bergerak dengan berjalan cepat, bermain petak umpet, memanjat jendela kamar.
Bagaimana saya akan memahami cara belajar anak anak? Metode yang akan saya gunakan dalam hal ini adalah:
Melalui aktifitas E – O – WL – W

Yakni Engage, Observe, Watch listen, dan  Writing
Engage, yaitu mengikutsertakan, dalam artian ini saya harus terlibat aktif secara penuh dan utuh dalam membersamai anak anak. Bukan hanya menemani tapi juga membersamai
Observe yaitu melakukan pengamatan pada anak dengan aktifitas kegiatan belajar dan bermain setiap hari
Watch dan Listen, menjadi pendengar dengan seksama, lebih banyak mendengar tidak menghakimi, memerhatikan dan melihat dengan lebih dekat
Write, menuliskan apa apa yang telah kia temukan pada anak, pada kita, menulis mengikat makna, sehingga kita akan tahu mana yang baik, mana yang buruk, mana yang bisa diamil, mana yang harus di buang

Jika kamu melihat anakmu berbuat baik, maka puji dan catatlah. Jika anakmu berbuat buruk maka tegur dan janganlah kalian mencatatnya (UMAR BIN KHATAB)

Selain memahami gaya belajar kita juga harus paham bagaimana belajar itu dan apa yang sejatinya harus kita pelajari dan tujuan apa yang akan kita capai dalam pembelajaran ini 

 Pendidikan sejati seharusnya bukan sekedar menumpuk fakta dan hafalan ataupun sebatas pemahaman (understanding). Pendidikan sejati juga bukan tentang terlalu banyak mengajar dan menjejalkan (outside in) .Tujuan Pendidikan sejati adalah membangun akhlak mulia sebagai buah dari resultansi tumbuh subur dan bangkitnya (inside out) semua aspek fitrah dengan menghantarkan generasi menjuju peran peradabannya” (Harry Santoso, Fitrah Based Education)


“Mulailah selalu dari sisi cahaya anak anak kita, bukan sisi gelapnya. Karena jika cahaya telah melebar menerangi semua sisi maka kegelapan menjadi tidak relevan, bukankah kegelapan hanyaa ada ketika cahaya tiada?”

“Deraskan maknamu, bukan tinggikan Suara. Karena hujanlah yang menumbuhkan bunga bunga, bukan petir atau guruhnya”

 Poin yang bisa di dapat dari uraian di atas adalah cara belajar adalah:
  1. Bukan menumpuk fakta
  2. Tidak menggegas hafalan
  3. Bukan sebatas pemahaman
  4. Mempelajari apa yang kita suka, bukan apa yang tidak suka

“every body is genius. But if you judge a fish by its ability to climb a tree, it will live its a whole live beliefing that is stupid- Albert Einstein


  1. Desain Pembelajaran
Desain pembelajaran menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut:
Suatu proses desain dan sistematis untuk menciptakan pembelajaran yang lebi efektif dan efisien serta membuat kegiatan pembelajaran lebih mudah, yang didasarkan pada apa yang kita ketahui mengenai teori pembelajaran, teknologi informasi, sistematika analisis, penelitian dalam bisang pendidikan, dan metode metode manajemen. (Moisson ross dan Kemp. 2007)
Gentry (1994): Desain pembelajaran adalah sutu proses yang merumuskan dan menentukan tujuan pembelajaran, strategi, teknik, dan media agar tujuan umum tercapai.

Ruang lingkup desain pembelajaran, meliputi:
1.       Pembelajaran (pihak yang menjad fokus) yang perlu diketahui meliputi karakteristik mereka, kemampuan dan prasarat
2.       Tujuan pembelajaran
3.       Analisis pembelajaran
4.       Strategi pembelajaran
5.       Bahan ajar
6.       Penilaian belajar
(dari :www.langkahpembelajaran.com/2017)

Model model desain pembelajaran banyak sekali, secara umum diklasifikasikan ke dalam model berorientasi kelas, berorientasi pada sistem, berorientasi produk, model berorientasi prosedural dan model melingkar. Saya memutuskan akan menggunakan model ADDIE pada desain pembelajaran keluarga kami


MODEL ADDIE, model ADDIE lebih bersifat generik, dikembangkan oleh Reiser dan Mollanda. Salah satu yang ditekankan pada metode ini adalah merinci masalah dan mencari penyebabnya.  Selain itu ada artikel yang membuat saya tergelitik yaitu dari Connie Malamed dari the learningcoach.com berjudul How to use design thinking in learning experience design, yang menjelaskan bahwa metode ADDIE menggunakan pendekatan system thinking approach.

a.       Analisa. Tahap analisa merupakan suatu proses mendefnisikan apa yang akan dipelajari peserta (WHAT), melakukan analisa kebutuhan dan mengidentifikasi masalah (WHY)
b.      Desain perencanaan, Mentukan media yang tepat (where, when, who)
c.       Development. Yaitu proses mewujudkan blue print menjadi kenyataan (HOW)
d.      Implementation. Langkah nyata untuk menerapkan sistem pembelajaran
e.      Evaluation. Yaitu proses melihat apakah sistem yang sedang dibangun berhasil. Evaluasi ini akan dilakukan secara berkala. Dan sistem evaluasi ini bisa terjadi di setiap keempat tahapan di atas.

Berdasarkan pemaparan teori di atas, maka saya merumuskan desain pembelajaran yang akan saya  lakukan sebagai berikut:
1.       Tahap analisa. Yakni memenentukan apa yang akan saya pelajari dan mengidentifikasi masalah, mengapa saya harus mempelajari hal tersebut serta kebutuhan apa tepatnya sehingga saya mempelajari hal tersebut. Sesuai dengan yang saya lakukan pada NHW#1 maka,
WHAT : Ilmu yang akan saya pelajari adalah : Ilmu Parenting dan Pendidikan Keluarga Berbasis Fitrah serta entrepreneur
WHY : ilmu tersebut akan membantu saya mencapai misi spesifik hidup saya menjadi individu yang senantiasa memberikan manfaat bagi sekelilingnya, sebagai istri menjadi partner menuju misi keluarga bahagia dunia akhirat dan sebagai ibu madrasah pertama mengantarkan anak anak menjemput perannya sesuai dengan fitrahnya

2.       Selanjutnya adalah merumuskan dan menentukan media pembelajaran yang ingin dilakukan, media meliputi waktu (when), siapa (who) dan alat pembelajaran (where)
When : kapan saya akan belajar, karena ilmu yang saya ambil adalah tema keseharian maka saya menurut saya saya bisa belajar kapan saja, baik di rumah ketika membersamai suami dan aanak anak maupun saat bermasyarakat
Who : seperti yang diajarkan di IIP, semua murid semua guru, maka saya bisa belajar dari siapa saja pun demikian dari anak anak, mereka adalah madrasah kecil dalam hidup saya
Where (sumber dan media belajar):
.Sumber belajar
Banyak cara mengakses ilmu pada zaman dengan kepesatan dan kemampuan teknologi saat ini, hal ini bisa melallui:
literasi : buku bacaan, jurnal ilmiah, artikel, dsb
online: Kuliah online, webinar, dsb
Komunitas: KIP, HeBAT, Rumah Inspirasi, Sekolah jadi orangtua dll
Expertise : berdiskusi dengan orang orang yang memiliki kemampuan atau ahli dibidangnya seperti mentor, guru, fasilitator, mentor dsb
Tour the talent
Media belajar :
Media belajar yang akan saya gunakan di antaranya adalah:
Membaca, mendengarkan, melihat diagram, melihat video, melihat demonstrasi, terlibat dalam diskusi aktif, mempraktikkan, menyajikan, bermain peran, melakukan simulasi dan mengerjakan hal yang nyata.
Media di atas menurut Edgar Dale memiliki tingkat keterlibatan yang berbeda beda dan memberikan tingkat pemahaman yang berbeda beda pula. Semakin banyak tingkat keterlibatan maka akan semakin banyak tingkat pemahaman
                    
3.       Development (HOW). Menentukan model pembelajaran
Selanjutnya, setelah melakukan analisa dan mengkaji ilmu yang dipelajari serta mengidentifikasi sumber belajar, waktu dan media pembelajaran. Maka yang harus dilaksanakan selanjutnya adalah bagaimana mengembangkan model pembelajaran tersebut.  

Pola model pembelajaran ini atau ruanglingkupnya terdiri dari, Pendekatan Pembelajaran, Strategi Pembelajaran, Metode Pembelajaran, Teknik & Taktik Belajar. Nah, mari kita urai satu persatu:

Pendekatan pembelajaran: yakni sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya proses yang sangat umum, didalamnya mewadahi, menginspirasi metode pembelajaran dengan cakupan teoritis tertentu. Terdapat dua jenis pendekatan yakni, pendekatan berorientasi pada pembelajar dan pendekatan berorientasi pada teacher. Dalam hal ini kami memilih pendekatan berorientasi pada pembelajar.



Strategi Pembelajaran.  Pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi exposition- discovery learning dan group – individua learning. Strategi pembelajaran merupakan perencanaan berisi keputusan ang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran. Nah, strategi yang kami gunakan dalam desain pembelajaran kami adalah:


1.       Meninggikan gunung bukan meratakan lembah
2.       Man Jadda wa jadda, man shabara zhafira, man saara ala darbi washala (siapa yang bersungguh akan berhasil, siapa yang sabar akan beruntung dan siapa yang berjalan dijalannya akan sampai tuuan)

Metode Pembelajaran, yaitu cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Metode pembelajaran yang akan kami gunakan mengadopsi dari kerucut  pengalaman Edgar Dale (cone of experience Edgar Dale)

cone of learning example: wikipedia :Jeffrey Anderson (elearningindustry.com)

Teknik dan Taktik pembelajaran.  Selanjutnya metode pembelajaran dijabarkan dalam teknik dan taktik pembelajaran. Dimana teknik dan pembelajaran ini sangat unik tergantug dari masing masing pembelajar, maka saya pun akan menyesuaikan pada diri saya dan anak saya dalam menentukan taktik dan teknik pembelajar.
Misalnya, menginjak usia seperti sekarang ini, aktifitas sofia lebih berfokus pada aktifitas fisik, sehingga semua kegiatan pembelajarannya bisa menggunakan taktik dan teknik yang berientasi pada aktifitas fisik. Seperti berjalan jalan sambil bernyanyi mengenai sifat teladan rasulullah atau sifat hewan hewan dalam alquran. Selain itu sofia suka sekali mengeksplorasi apa saja, karena curiousity nya tinggi sehingga kami bisa membuat pembelajaran dengan bermain peek a bu dan membongkar prize di dalam kotak.

4. Implementasi
 Tahap implementasi dari  apa yang sudah kita rencanakan pada model pembelajaran sebelumnya. 



5. Evaluasi
 Tahap terakhir dalam proses desain pembelajaran adalah evaluasi. Evaluasi akan selalu dilakukan pada setiap proses, bukan saja di akhir proses, sehingga apabila ada sesuatu yang tidak sesuai nisa langsung di rubah sehingga sistem desain pembelajaan yang dibua ini adalah fleksibel
Bagaimana melakukan evaluasi ini?
1.       Menggunakan checklist indikator, apakah yang kita lakukan telah sesuai dengan checklist indikator. Sifat dari checklist indikator ini juga sangat fleksibel. Karena bisa berubah berdasarkan hasil ealuasi
2.       Berdiskusi langsung dengan partener dalam hal ini adalah anak dan suami, apakah dalam pelaksanaan proses pembelajaran ni telah berhasil ataukah ada yang perlu dibenahi
3.       Melakukan reflek koreksi diri, dan membuat indikator tahunan apakah ada peningkatandari waktu ke waktu
4.       Membuat target pencapaian.

Taraaa..... demikian NHW #5 ini dibuat, membatnya cukup slit namun saya yakin menjalankan juga perlu waktu dan keistiqomahan yang luar biasa.

Sumber bacaan:
-          Anderson, Jeffery. cone of learning example, wikipedia.elearningindustry.com
-          De potter, Bobbi.2000. QL (CETAKAN vii) Bandung:Mizan Media Utama
-          Materi perkuliahan #1,#2,#3,#4 Kelas Matrikulasi IIP batch 6
-          Malamed, Connie. 2018. How to Use Design Thinking in Learning Experience Design. Thelearningcoach.com
-      Ruang Berkarya Ibu-IIP. Coretan Penaku Sebuah Warisan Untukmu. 2017.Malang: Penerbit Aryoko Indonesia 
-      Santoso, Harry, Fitrah Based Education ver.3. 2017.Bekasi :Yayasan Cahaya Mutiara Timur
-          Sari, Bintari kartika. Desain Pembelajaran model ADDIE dan implementasinya dengan teknik JIGSAW dalam Prosiding seminar nasional pendidikan TEMA : DESAIN PEMBELAJARAN DI ERA ASEAN ECONOMIC COMMUNITY UNTUK PENDIDIKAN INDONESIA PERKEMAJUAN. UMSIDA 2015)
-          Sudrajat.Akhmad. Pengertian, pendekatan, strategi, metode, teknik, taktik dan Model Pembelajaran. 2008.akhmadsudrajat.wordpress.com(PDF)













Tidak ada komentar:

Posting Komentar